Pawai Budaya "Mahalangu Karaman I Baturan"
Om Swastyastu
Mahalangu sebuah dinamika seni budaya menuju kesejahteraan, kemajuan, dan keagungan peradaban masyarakat Bali. Mahalangu Karaman I Baturan terinterpretasi melalui Citra Kara yang termuat dalam prasasti Baturan tahun saka 944. Citra Kara Kesempurnaan jiwa berlandaskan sastra, merupakan perkumpulan seni yang terbentuk dengan tujuan menumbuh kembangkan dan melestarikan segala bentuk seni yang ada di Baturan. Perkumpulan seni Citra Kara terinspirasi dari sumpah dan janji para manggala Baturan untuk selalu mementaskan tari-tari sakral di Desa Baturan.
Hal ini bermula dari terjadinya wabah yang teramat dahsyat dan berkepanjangan di wilayah Baturan. Sehingga sepasuk tani Baturan mendapatkan Bisama dari pendeta agar sanggup menyelenggarakan wewalen, (tari-tari sakral). Diantaranya: Rejang Sutri, Baris Baturan, Gambuh, Genggong, Wayang Wong, Wayang Gedog, Barong Iswari, Arja, Topeng, dan Joged Pingit. Atas dasar itu pada saka 944 terbentuklah perkumpulan seni yang bernama CITRA KARA.
- Rejang Sutri salah satu tari bernuansa magis dan disakralkan oleh Desa Adat Batuan sebagai penetralisir sasih gering. Tari Rejang sutra diperkirakan dipentaskan pertama pada abad ke 17 tahun 1658.
- Tari Baris Baturan memiliki gerakan dinamis, dengan semangat kepahlawanan masyarakat Baturan menceritkan tentang tatanan keprajuritan.
- Tari Gambuh yang penuh dengan tatanan peprabon. Mengambil Cerita Panji Malat Rasmi. Tari Gambuh merupakan sumber/ibu dari drama tari di Bali.
- Sebagai simbul kegembiraan I Krama tani Baturan, meniru gerakan kodok, melalui tari Genggong, yang mengisahkan pertemuan antara Putri Daha dengan Putra Mahkota Jenggala Keling. Diiringi musik tradisional tari Genggong, dikolaborasikan dengan instrument gitar dari musisi muda Desa Batuan, Balawan yang telah mampu menumbuh kembangkan semangat Citra Kara hingga ke Manca Negara.
- Barong sebagai penuangan budi dan daya dari komunitas Batur Ulangun dan Komunitas Citra Kara sebagai pengejawantahan dari Sang Hyang Banaspati dan ogoh-ogoh yang merupakan simbul bhuta kala sebagaai simbul rwa bhineda, kebaikan dan keburukan yang selalu berdampingan dalam kehidupan manusia sampai kapanpun. Sehingga masyarakat Desa Baturan sampai saat ini masih teguh mejalankan tradisi tersebut, agar kehidupan masyarakat terhindar dari wabah dan kesengsaraan.
Demikianlah perjuangan para tokoh seni dalam wadah Citra Kara sebagai jati diri masyarakat Baturan, Desa Batuan saat ini.
Om Santih Santih Santih Om
Bagikan artikel ini:Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin